![bahlil calon tunggal menurut nusron wahid](https://wargaberita.com/wp-content/uploads/2024/08/image-16.png)
bahlil calon tunggal menurut nusron wahid
Beberapa Pengamat mempredisksi Menteri Investasi Bahlil calon tunggal untuk mengisi posisi Ketua Umum Partai Golkar, menggantikan Airlangga Hartarto yang telah mengundurkan diri. Hal ini memperoleh dibenarkan oleh Nusron Wahid ketika menjawab pertanyaan wartawan siang ini.
Informasi ini diungkapkan oleh Ketua DPP Partai Golkar, Nusron Wahid, dalam sebuah pernyataan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, pada Jumat (16/8/2024). “Sejauh ini iya (calon tunggal). Begitu saja,” ujar Nusron, menegaskan posisi Bahlil sebagai satu-satunya kandidat yang diajukan.
Nusron juga mengindikasikan bahwa proses pemilihan kemungkinan besar akan berjalan secara aklamasi, mengingat mayoritas pemegang suara di Golkar telah menyetujui untuk mendorong Bahlil sebagai pengganti Airlangga.
Menariknya, Nusron membantah adanya campur tangan Presiden Joko Widodo dalam proses pergantian kepemimpinan ini. “Enggak ada, enggak ada arahan Bapak Presiden. Ada-ada saja,” tegasnya, menepis spekulasi yang beredar.
Sebelumnya, Airlangga Hartarto telah mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar pada Sabtu (10/8/2024). Saat ini, posisi tersebut diisi sementara oleh Agus Gumiwang Kartasasmita sebagai pelaksana tugas (Plt).
Pemilihan ketua umum definitif akan dilakukan dalam Musyawarah Nasional (Munas) ke XI Partai Golkar yang dijadwalkan berlangsung pada 20-21 Agustus 2024. Munas ini akan menjadi momen penting bagi Partai Golkar untuk menentukan arah dan kebijakan partai ke depan.
Pencalonan Bahlil Lahadalia sebagai ketua umum Golkar menandai babak baru dalam perjalanan partai beringin ini. Dengan latar belakangnya sebagai Menteri Investasi, Bahlil diharapkan dapat membawa perspektif baru dan strategi yang segar untuk memajukan Partai Golkar di kancah politik nasional.
Masyarakat dan pengamat politik tentunya akan menanti dengan antusias hasil dari Munas Golkar mendatang, yang akan menentukan tidak hanya masa depan partai, tetapi juga dinamika politik Indonesia secara keseluruhan.