Menteri Wihaji dan PBNU Jalin Kemitraan untuk Percepatan Penurunan Stunting dan Program Keluarga Maslahat
Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) kembali menjalin kemitraan strategis dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Kemitraan ini bertujuan untuk mengakselerasi program-program prioritas Kemendukbangga/BKKBN, khususnya 5 Quick Win dan Program Percepatan Penurunan Stunting (PPS). Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara kedua pihak dilakukan oleh Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. Wihaji, dan Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf, pada Jumat (31/1/2025), di Hotel Bidakara, Jakarta.
Acara penandatanganan MoU ini berlangsung dalam rangkaian Kongres Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama dan Festival Keluarga Indonesia, yang diselenggarakan untuk memperingati Harlah ke-102 Nahdlatul Ulama. Kemitraan ini diharapkan dapat memperkuat upaya bersama dalam mewujudkan keluarga maslahat Indonesia, sekaligus mendukung program-program prioritas pemerintah, terutama dalam penurunan angka stunting.
Sinergi untuk Keluarga Maslahat Indonesia
Menteri Wihaji menegaskan bahwa kemitraan ini merupakan langkah strategis untuk mensinergikan program Kemendukbangga/BKKBN dengan Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU). GKMNU sendiri telah dimulai sejak 2023 dan telah menjangkau lebih dari 1,5 juta keluarga di 10 provinsi. Program ini bertujuan untuk mewujudkan keluarga maslahat, yaitu keluarga yang sejahtera, harmonis, dan berkualitas.
“Solusi ini kan yang pertama yang tahu persis itu keluarga NU yang paling bawah tahu persis apa program-programnya. Termasuk media sosial, lansia, remaja, calon pengantin, dan sebagainya. Persis yang ditangani oleh Kemendukbangga. Karena itu, sinergi menjadi penting. Nanti ada program-program yang saling support antara PBNU, khususnya di GKMNU, dengan Kemendukbangga,” jelas Wihaji.
Ia juga menyebutkan bahwa kemitraan ini akan melibatkan Tim Pendamping Keluarga dari Kemendukbangga dengan organisasi-organisasi di bawah PBNU, seperti Banser, Muslimat, dan Fatayat. Data keluarga yang dihimpun melalui aplikasi GKMNU akan diverifikasi oleh Kemendukbangga untuk mengidentifikasi keluarga berisiko stunting (KRS). Jika ditemukan keluarga yang termasuk dalam KRS, maka akan dilakukan intervensi melalui program Orang Tua Asuh Cegah Stunting.
5 Quick Win dan Program Percepatan Penurunan Stunting
Kemitraan ini akan fokus pada implementasi 5 Quick Win Kemendukbangga/BKKBN, yaitu:
- Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting): Program ini melibatkan masyarakat untuk menjadi orang tua asuh bagi anak-anak yang berisiko stunting.
- Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya): Program pengasuhan anak yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengasuhan dan pendidikan anak.
- Gerakan Ayah Teladan (Gate): Program yang mendorong peran aktif ayah dalam pengasuhan anak dan kehidupan keluarga.
- Artificial Intelligence (AI) SuperApps tentang Keluarga: Aplikasi berbasis AI yang menyediakan informasi dan layanan terkait keluarga, kesehatan, dan pencegahan stunting.
- Lansia Berdaya: Program pemberdayaan lansia untuk meningkatkan kualitas hidup dan partisipasi mereka dalam masyarakat.
Selain itu, kemitraan ini juga akan mendukung Program Percepatan Penurunan Stunting (PPS), yang menjadi salah satu prioritas nasional. Stunting, atau kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, masih menjadi masalah serius di Indonesia. Data terbaru menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia mencapai 21,6%, meskipun telah terjadi penurunan dalam beberapa tahun terakhir.
Peran PBNU dalam Pembangunan Keluarga
Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf, menyambut baik kemitraan ini. Ia berharap GKMNU dapat menjadi solusi dalam menghadapi tantangan disrupsi teknologi yang memengaruhi hubungan sosial di masyarakat. “Kita berharap bahwa dengan gerakan ini, pergaulan antar sesama di masyarakat tetap terjaga kehangatannya dan kemanusiawiannya. Jangan sampai kita menyerah pada platform teknologi yang mungkin menyediakan kemudahan, tetapi justru mengorbankan kesejatian hubungan antar manusia,” ujarnya.
PBNU akan meningkatkan peran serta dalam program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana). Implementasinya akan mengerucut pada 5 Quick Win dan PPS Kemendukbangga/BKKBN. Ruang lingkup MoU ini meliputi tiga aspek utama:
- Advokasi Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya program-program tersebut.
- Edukasi dan Sosialisasi: Menyebarluaskan informasi tentang program Bangga Kencana dan pencegahan stunting melalui berbagai media dan kegiatan.
- Pemberdayaan Ekonomi Keluarga (PEK): Memberikan pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan ekonomi keluarga, terutama keluarga berisiko stunting.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meskipun kemitraan ini menjanjikan banyak manfaat, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah bagaimana memastikan program-program ini dapat diimplementasikan secara efektif di tingkat akar rumput. Koordinasi antara Kemendukbangga/BKKBN, PBNU, dan organisasi-organisasi di bawahnya perlu diperkuat agar program dapat menjangkau keluarga-keluarga yang membutuhkan.
Selain itu, penggunaan teknologi, seperti AI SuperApps, juga memerlukan sosialisasi yang intensif agar dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, terutama di daerah terpencil. Data yang akurat dan terupdate juga menjadi kunci keberhasilan program, terutama dalam mengidentifikasi keluarga berisiko stunting.
Dampak Positif bagi Masyarakat
Kemitraan ini diharapkan dapat membawa dampak positif yang signifikan bagi masyarakat, terutama dalam upaya penurunan stunting dan peningkatan kualitas keluarga. Dengan melibatkan PBNU, yang memiliki jaringan luas hingga ke tingkat desa, program-program Kemendukbangga/BKKBN diharapkan dapat lebih efektif dan tepat sasaran.
Selain itu, program pemberdayaan ekonomi keluarga juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama keluarga miskin dan rentan. Dengan meningkatnya kesejahteraan ekonomi, diharapkan prevalensi stunting dapat ditekan lebih lanjut.

Tinggalkan Balasan