YOGYAKARTA, WargaBerita — Keraton Yogyakarta memiliki sepuluh kesatuan bregada. Kini kesatuan bergada tersebut hadir dalam berbagai tradisi dan seni yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sejarah awal pembentukan kesatuan prajurit keraton tersebut dimulai dari, perang Pangeran Mangkubumi melawan VOC pada 1746-1755. Peristiwa itu menjadi cikal bakal terbentuknya prajurit Keraton Yogyakarta.
Perang ini berujung pada penobatan Pangeran Mangkubumi sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono I pada 1755, yang kemudian memerintah hingga 1792.
Kesatuan pasukan keraton yang terlibat dalam perang tersebut menjadi cikal bakal prajurit Keraton Yogyakarta yang kini dikenal sebagai bregada. Setiap Bregada Keraton Yogyakarta, dengan tugas khusus dan filosofi uniknya, membentuk satu kesatuan prajurit yang kokoh dan kuat.
Dengan watak kesatria yang diwariskan melalui kredo Nyawiji, Greget, Sengguh, Ora Mingkuh, mereka bukan hanya penjaga keraton tetapi juga pewaris nilai-nilai luhur dan keberanian dalam menjaga keutuhan nusa, bangsa, dan negara.
Dilansir dari kratonjogja.id, Keraton Yogyakarta memiliki sepuluh kesatuan bregada, di mana delapan di antaranya berada di bawah naungan keraton langsung, sementara dua kesatuan sisanya memiliki tugas khusus.
Bregada Bugis
Bregada Bugis, awalnya berasal dari Sulawesi, menjadi penjaga setia putra mahkota di Ndalem Mangkubumen. Prajurit Bugis ini memiliki tugas mulia, salah satunya adalah mengawal putra mahkota dan memastikan jalannya pemerintahan berlangsung lancar. Dengan senjata tradisional mereka, seperti tombak Kyai Pleret, Bregada Bugis membuktikan kesetiaan mereka dalam setiap tugas yang diemban.
Bregada Surakarsa
Bregada Surakarsa, yang berasal dari kata ‘sura’ yang berarti berani dan ‘karsa’ yang berarti kehendak, memiliki filosofi menjadi prajurit yang pemberani dan selalu menjaga keselamatan Adipati Anom (Putra Mahkota). Dalam upacara Gerebeg, mereka bertugas mengawal gunungan yang dibawa ke Masjid Gedhe, menunjukkan semangat dan dedikasi tinggi dalam setiap tugasnya.
Bregada Wirabraja
Bregada Wirabraja, yang berarti prajurit yang berani dan tajam panca inderanya, menampilkan keberanian dalam membela kebenaran dan ketangguhan dalam menghadapi musuh. Dengan klebet Gula-klapa, mereka menunjukkan kesetiaan mereka yang tinggi terhadap kebenaran. Senjata mereka, seperti tombak Kanjeng Kiai Slamet dan senapan, menjadi simbol keberanian dan ketangguhan mereka.
Bregada Dhaeng
Bregada Dhaeng, yang berasal dari gelar bangsawan di Makasar, awalnya terdiri dari prajurit yang berasal dari sana. Namun, meskipun asal usulnya berubah, semangat keberanian dan ketidakpadaan mereka tidak kunjung padam. Dengan klebet Bahningsari dan senjata tradisional mereka, seperti tombak Kanjeng Kiai Jatimulya, Bregada Dhaeng menjadi pasukan yang tidak pernah menyerah.
Bregada Patangpuluh
Meskipun asal usul nama Bregada Patangpuluh masih kabur, namun pasukan ini tidak diragukan lagi memiliki kekuatan luar biasa. Dengan klebet Cakragora dan senjata seperti tombak Kanjeng Kiai Trisula, mereka menunjukkan keahlian dan keandalan dalam pertempuran, menjadikan mereka pasukan yang sulit dikalahkan.
Bregada Jagakarya
Bregada Jagakarya memiliki filosofi dalam namanya, yang berarti prajurit yang memiliki tugas untuk menjaga dan mengamankan pelaksanaan pemerintahan dalam kerajaan. Dengan klebet Papasan dan senjata tradisional mereka, seperti tombak Kanjeng Kiai Trisula, mereka menjadi penjaga yang andal dalam menjalankan tugas-tugas penting.
Bregada Prawiratama
Bregada Prawiratama, dengan nama yang berasal dari kata ‘prawira’ yang berarti berani dan ‘tama’ yang berarti utama atau bijak, menjadi pasukan yang tidak hanya pemberani tetapi juga bijak dalam setiap tindakannya. Dengan klebet Geniroga/Banteng Ketaton dan senjata tradisional mereka, mereka menjadi pasukan yang diharapkan dapat selalu mengalahkan musuh dengan mudah.
Bregada Nyutra
Bregada Nyutra, yang memiliki makna prajurit yang sehalus sutra dan selalu mendampingi serta menjaga keamanan Sultan, menunjukkan ketajaman rasa dan keterampilan yang unggul. Dengan klebet Podhang Ngingsep Sari dan Padma-Sri-Kresna, mereka menjadi pengawal pribadi Sultan yang setia dan andal.
Bregada Ketanggung
Bregada Ketanggung, yang memiliki nama berasal dari kata ‘tanggung’ yang berarti beban atau berat, menjadi pasukan dengan tanggung jawab yang sangat berat. Dengan klebet Cakra-Swandana dan senjata tradisional mereka, seperti tombak Kanjeng Kiai Nenggala, mereka menjadi pasukan yang membawa senjata dahsyat untuk memporakporandakan musuh.
Bregada Mantrijero
Bregada Mantrijero, yang memiliki makna juru bicara yang memberikan cahaya dalam kegelapan, menjadi pasukan yang memiliki wewenang dalam memutuskan hal-hal dalam lingkungan keraton. Dengan klebet Purnamasidhi dan senjata tradisional mereka, seperti tombak Kanjeng Kiai Cakra, mereka menjadi pasukan yang diharapkan selalu memberikan cahaya dalam kegelapan.
- Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
- Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
- Redaksi :[email protected]
- Kontak : [email protected]
https://www.youtube.com/watch?v=videoseries