
Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo menyatakan bahwa pihaknya sedang mempercepat penanganan bencana longsor dan banjir di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Fokus utama penanganan ini adalah membuka akses jalan yang terputus akibat longsor dan memasang jembatan bailey sebagai penghubung sementara antardesa yang terdampak banjir bandang. Langkah ini diambil untuk memastikan masyarakat tidak terisolir dan dapat kembali menjalani aktivitas sehari-hari.
Prioritas Pembukaan Akses Jalan
Dody menjelaskan bahwa langkah pertama yang dilakukan adalah pemetaan detail lokasi bencana menggunakan drone. Namun, proses ini harus menunggu cuaca cerah agar hasil pemetaan akurat. “Kita prioritaskan pembukaan akses dulu, agar masyarakat tidak ada yang terisolir,” ujarnya di Jakarta, Kamis.
Untuk membuka akses jalan, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Tengah-DI Yogyakarta telah mengerahkan berbagai alat berat, termasuk mini ekskavator PC-50 sebanyak satu unit, PC-75 sebanyak dua unit, dan PC-70 breaker. Alat-alat ini digunakan untuk membersihkan material longsor dan pohon tumbang di ruas jalan dari Desa Kasimbar menuju Kafe Allo hingga Jembatan Jimat 2 di Desa Petungkriono.
Selain itu, Kementerian PU juga berupaya mengirimkan alat berat yang lebih besar, seperti ekskavator setara PC-200, untuk mempercepat relokasi jalan yang terputus akibat longsoran tebing. Namun, pengiriman alat berat ini harus mempertimbangkan kondisi jalan akses yang akan dilalui, mengingat tonase dan ukuran alat yang besar.
Pemasangan Jembatan Bailey sebagai Solusi Sementara
Selain membuka akses jalan, Kementerian PU juga memprioritaskan pemasangan jembatan darurat (jembatan bailey) untuk menghubungkan desa-desa yang terputus akibat banjir bandang dari Sungai Weloh dan Sungai Kasimpar. Saat ini, satu unit jembatan bailey dengan panjang 30 meter telah disiapkan oleh BBPJN Jawa Tengah-DI Yogyakarta dan dimobilisasi ke Pekalongan. Jembatan ini rencananya akan dipasang di Jembatan Jimat 2 di Desa Kayupuring.
“Jembatan bailey sudah siap, cuma akses membawanya pakai alat berat masih belum bisa, masih ada batu-batu besar yang harus dibersihkan,” kata Dody.
Proses perakitan dan pemasangan jembatan bailey akan dibantu oleh TNI AD. Dengan selesainya pemasangan jembatan ini, diharapkan masyarakat dapat kembali beraktivitas normal sambil menunggu pembangunan jembatan permanen. “Untuk sementara, jembatan bailey akan selesai dalam hitungan hari. Namun, pembangunan jembatan permanen membutuhkan waktu lebih lama karena harus melalui proses perencanaan dan perancangan,” jelas Dody.
Dukungan Kebutuhan Air Minum dan Sanitasi
Selain penanganan infrastruktur jalan dan jembatan, Kementerian PU juga memberikan dukungan pemenuhan kebutuhan air minum dan sanitasi bagi masyarakat terdampak. Satuan Tugas Tanggap Darurat Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Tengah saat ini sedang melakukan asesmen kebutuhan sarana dan prasarana (sarpras) yang dibutuhkan.
Tim BPPW telah mengerahkan 6 unit hidran umum dengan kapasitas 2.000 liter, 6 unit toilet portable, dan 2 unit mobil tangki air berkapasitas 4.000 liter. Bantuan ini ditujukan untuk mendukung masyarakat terdampak, operasional relawan, dan dapur umum di Posko Yosorejo.
Penanganan bencana longsor dan banjir di Pekalongan menghadapi sejumlah tantangan, terutama terkait kondisi cuaca dan medan yang sulit. Cuaca hujan yang masih terjadi di wilayah tersebut menyulitkan proses pemetaan menggunakan drone dan pembersihan material longsor. Selain itu, akses jalan yang rusak dan terputus juga menghambat mobilisasi alat berat dan material konstruksi.
Meskipun demikian, Kementerian PU berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk TNI AD dan pemerintah daerah, untuk mempercepat proses penanganan bencana. “Kami berupaya semaksimal mungkin untuk memastikan masyarakat tidak terisolir dan kebutuhan dasar mereka terpenuhi,” tegas Dody.