Kanker serviks merupakan penyakit mematikan yang menduduki peringkat ke-4 terbanyak di dunia menurut data dari World Health Organization (WHO). Secara global, tercatat sekitar 490 ribu wanita terkena penyakit ini setiap tahunnya. Di Indonesia, kanker serviks menjadi penyakit kanker nomor 2 terbanyak berdasarkan data Global Cancer Observatory (GCO), dengan jumlah kasus mencapai 36 ribu dan terus meningkat setiap tahunnya. Penyakit yang menyerang bagian bawah rahim yang terhubung ke vagina ini sebagian besar disebabkan oleh infeksi Human Papillomavirus (HPV).
Pentingnya Deteksi Dini Kanker Serviks
Deteksi dini sangat penting dalam penanganan kanker serviks karena perubahan pada serviks biasanya terjadi dalam kurun waktu 10-15 tahun sebelum menjadi kanker. Baik remaja maupun orang dewasa yang menderita kanker serviks akan menunjukkan perubahan pada sel-sel serviks mereka, sehingga pemantauan dan deteksi dini sangatlah krusial.
Inovasi Mahasiswi Udinus: Aplikasi ‘Si Serviks’
Merespons tantangan tersebut, empat mahasiswi Program Sarjana Teknik Biomedis Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) mengembangkan sebuah aplikasi pendeteksi dini kanker serviks bernama ‘Si Serviks’. Tim yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa-Karsa Cipta (PKM-KC) ini terdiri dari Raishya Damayanti sebagai ketua tim, bersama Osha Prameswara Sakti, Alzha Rizqie Kinanta, dan Marsya Ardini.
“Pengembangan aplikasi memanfaatkan teknologi komputer berbasis machine learning untuk deteksi dini. Aplikasi dapat diakses oleh dokter kanker melalui media website maupun mobile,” terang Raishya Damayanti.
Cara Kerja dan Manfaat Aplikasi ‘Si Serviks’
Aplikasi ‘Si Serviks’ menggunakan teknologi machine learning untuk membantu dokter dalam mendeteksi kanker serviks. Proses deteksi memerlukan kolposkopi screening awal dan biopsi untuk pengambilan sampel jaringan. Sistem ini akan mengintegrasikan alat kolposkopi yang merupakan kamera khusus untuk melihat ke dalam serviks, dan menghubungkannya dengan aplikasi untuk mendeteksi sel-sel yang tidak normal pada serviks pasien.
“Sehingga cara kerja aplikasi ini akan terintegrasi dengan alat kolposkopi sebagai kamera yang didesain khusus untuk melihat ke dalam serviks. Kamera itu akan dihubungkan ke aplikasi untuk mendeteksi apakah terdapat sel-sel yang tidak normal pada serviks pasien,” tambah Raishya.
Dalam proses uji coba, selain menggunakan sampel jaringan, tim juga menggunakan alat peraga Phantom Anatomi yang dibentuk khusus menyerupai serviks untuk melakukan simulasi pendeteksian dini secara langsung.
Dukungan dan Pengembangan Lebih Lanjut
Dosen pembimbing tim, Wisnu Adi Prasetyanto, M.ENG., menyampaikan bahwa tim telah menerima dana sebesar 7,7 juta rupiah untuk pengembangan aplikasi ini. Sejauh ini, pengembangan sudah mencapai 88%, dan tim akan segera mengajukan hak cipta serta melanjutkan ke tahap Penilaian Kemajuan Pelaksanaan PKM (PKP2).
“Harapannya aplikasi ini dapat berkontribusi membantu dokter dalam memprediksi potensi terjadinya kanker serviks yang cukup tinggi di Indonesia,” tutup Wisnu.
Aplikasi ‘Si Serviks’ tidak hanya berpotensi membantu dalam mendeteksi dini kanker serviks, tetapi juga meningkatkan aksesibilitas dan efektivitas pemeriksaan kanker serviks di Indonesia. Dengan memanfaatkan teknologi machine learning, aplikasi ini diharapkan dapat memberikan diagnosis yang lebih cepat dan akurat, serta membantu mengurangi angka kematian akibat kanker serviks.
Inovasi dari mahasiswi Universitas Dian Nuswantoro dalam bentuk aplikasi ‘Si Serviks’ merupakan langkah maju dalam penanganan kanker serviks di Indonesia. Dengan teknologi yang terus berkembang dan dukungan dari berbagai pihak, aplikasi ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan dalam bidang kesehatan, khususnya dalam deteksi dini dan penanganan kanker serviks.