UNS – Research Group (RG) dan Laboratorium Urban Rural Design and Conservation (URDC) Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta berpartisipasi dalam program Wetskills Indonesia pada serangkaian kegiatan World Water Forum 2024. Kegiatan yang diselenggarakan program workshop tersebut berlangsung pada 11-23 Mei 2024.
Sehubungan dengan kegiatan World Water Forum 2024 yang diselenggarakan di Bali, Wetskills bekerja sama dengan Program Studi Teknik Sipil Universitas Islam Sultan Agung (FT UNISSULA) dan Program Studi Arsitektur FT UNS. Program ini ditujukan bagi mahasiswa dan profesional muda yang tertarik dengan masalah air dan memiliki jaringan internasional serta memiliki semangat bekerja dalam tim untuk menemukan solusi air interdisipliner.
Wetskills merupakan sebuah yayasan yang memiliki program acara dengan kantor pusat di Den Haag, Belanda sejak tahun 2010. Sebelumnya, Wetskills diselenggarakan pada tahun 2011, Wetskills kali ini membawa para peserta ke pengalaman yang berbeda di Indonesia seperti Semarang dan Pekalongan, Jawa Tengah dengan tantangan budaya dan air.
Presentasi final diselaraskan di Pavilion Dutch NL Netherland World Water Forum di Bali pada tanggal 22 – 23 Mei 2024. Bersama tim yang terdiri dari berbagai kalangan seperti mahasiswa Teknik Sipil UNISSULA, Arsitektur UNS, birokrat PDAM Tirta Moedal Semarang, dan BBWS, Program wetskills water challenge ini memiliki tantangan yang harus dipecahkan.
Program Studi Arsitektur FT UNS mengirimkan dua mahasiswa Ilhan Rizki Syaputra dan Anindya Koeswanto serta satu mahasiswa magang, Carole Le du (URDC Labo Prodi Arsitektur FT UNS) yang berasal dari Universitas Pantheon, Paris Sorbonne, Perancis.
Dalam program tersebut, peserta dibagi menjadi tiga tim yang memiliki kasus berbeda satu dengan yang lainnya. Kasus pertama, yang berfokus pada peralihan dari penggunaan air tanah oleh pihak swasta ke pasokan berbasis air permukaan PDAM, dimiliki oleh VEI Dutch Water Operators dan PDAM Tirta Moedal Semarang. Kasus kedua mengenai peluang untuk kompensasi jejak air, dengan pemilik kasus Foxall Munro. Kasus ketiga, yang membahas praktik teologi lingkungan di pesantren melalui pengelolaan air dan limbah, dimiliki oleh Percik Institute dan UNS, diwakili oleh Dr. Haryani Saptaningtyas, S.P., M.Sc., Ph.D. dari Program Pasca Sarjana Penyuluhan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat UNS.
Dari ketiga ide kasus yang dipresentasikan, kasus dari Tim 3 dimana Anindya Keoswanto sebagai juru bicaranya memenangkan penliaian dari dewan juri dengan judul : “How to Reuse Water After Oblutation”. Tim ini membuat sistem filtrasi yang dapat mengolah air bekas wudhu untuk digunakan berwudhu kembali dan juga untuk kegiatan lain seperti irigasi dan kolam ikan. Dr. Eng Kusumaningdyah selaku dosen pembimbing dari UNS berpendapat, bahwa dalam menggunakan air daur ulang untuk berwudhu masih kontroversi bagi sebagian ulama namun demikian saya salut terhadap terobosan dari ide Team 3 yang jeli memotret fenomena air limbah sisa berwudhu. Mengingat kedepannya cepat atau lambat bisa dipastikan bencana kekurangan air (water shortage) pasti akan terjadi akibat dampak Climate Change.
“Dalam acara ini, para peserta melakukan survei lapangan, seperti di Sungai Bangor, Sungai Loji, Pantai Degayu, Percik Institute, dan lain-lain. Setelah survei lokasi, kami bekerja sama sebagai tim untuk menyelesaikan kasus tersebut. Kami memiliki waktu 1 minggu untuk mencari solusi dan membuat produk dalam bentuk paper, poster, dan presentasi. Presentasi dilakukan selama 2 menit untuk meyakinkan dewan Juri,” Ujar Anindya Koeswanto. HUMAS UNS
Reporter: Dwi Hastuti