Jawa Tengah, sebuah provinsi yang strategis di Indonesia, terus menjadi magnet bagi investor domestik maupun internasional.
Dengan letak geografis yang strategis dan tenaga kerja yang kompetitif, pemerintah provinsi berkomitmen untuk mengembangkan kawasan industri guna meningkatkan perekonomian lokal dan penyerapan tenaga kerja.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sumarno, menyatakan bahwa provinsi ini memiliki lingkungan yang kondusif untuk investasi. Faktor utama yang mendukung hal ini adalah lokasi strategis Jawa Tengah yang memudahkan akses ke berbagai pasar di Indonesia.
Selain itu, ketersediaan tenaga kerja yang kompetitif menjadi daya tarik tambahan bagi investor. Dengan potensi besar ini, pemerintah provinsi aktif mengundang investor untuk berpartisipasi dalam mengembangkan sektor industri di daerah tersebut.
Kawasan industri tidak hanya memudahkan operasional perusahaan, tetapi juga berperan signifikan dalam pertumbuhan ekonomi lokal.
Dengan infrastruktur yang terintegrasi, kawasan ini memberikan fasilitas yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi produksi dan distribusi. Sumarno juga menekankan pentingnya kolaborasi dengan Himpunan Kawasan Industri (HKI) dalam mewujudkan potensi penuh dari kawasan-kawasan ini.
Daftar Kawasan Industri
Hingga Juli 2024, Jawa Tengah memiliki tujuh kawasan industri utama yang menarik bagi calon investor:
- Kawasan Industri Kendal (KIK)
- Kawasan Industri Wijaya Kusuma (KIW)
- Kawasan Industri Jateng Land Industrial Park Sayung (JIPS)
- Kawasan Industri Bukit Semarang Baru (BSB)
- Kawasan Industri Grand Batang City (KITB)
- Kawasan Industri Batang Industrial Park (BIP)
- Kawasan Industri Aviarna
Selain itu, ada rencana untuk mengembangkan kawasan industri di Kendal, Demak, dan Cilacap, yang akan menambah kapasitas dan meningkatkan daya tarik provinsi ini sebagai pusat industri.
Menurut Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang, kawasan industri di Jawa Tengah memiliki tingkat okupansi sebesar 70,43% dengan total luas 4,595 hektare. Ini menunjukkan permintaan yang kuat untuk lahan industri dan kebutuhan untuk terus mengembangkan kawasan baru.
Pada tahun 2023, realisasi investasi di Jawa Tengah mencapai Rp77,02 triliun, dengan serapan tenaga kerja sebanyak 280.643 orang.
Sektor PMA yang mendominasi meliputi industri barang dari kulit dan alas kaki, mesin, elektronik, instrumen kedokteran, tekstil, perumahan, kawasan industri, dan perkantoran, serta industri mineral nonlogam.
Untuk PMDN, sektor yang dominan termasuk transportasi, gudang, telekomunikasi, perumahan, kawasan industri dan perkantoran, jasa lainnya, industri makanan, serta perdagangan reparasi. Diversifikasi sektor ini menunjukkan bahwa Jawa Tengah memiliki ekonomi yang beragam, menawarkan banyak peluang bagi berbagai jenis investasi.
Menteri Agus Gumiwang menekankan pentingnya transformasi kawasan industri dengan mengintegrasikan teknologi yang berwawasan lingkungan. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional tetapi juga meningkatkan daya saing investasi. Teknologi hijau dan praktik bisnis yang berkelanjutan menjadi kunci untuk masa depan industri yang lebih ramah lingkungan dan bertanggung jawab sosial.