Batang, Warga Berita – Menilik tradisi pembuatan jenang atau dodol khas Bawang Kabupaten Batang yang sudah cukup jarang ditemui, tak hanya soal rasa namun juga kebersamaan, Senin (20/2/2023).
Jenang khas Bawang, Kabupaten Batang memiliki ciri khas dengan warna yang hitam pekat dan manis legit dan tekstur kenyal renyah di lidah. Tidak seperti dodol pada umumnya yang kenyal lentur.
Meski memiliki tampilan sederhana ternyata dalam proses pembuatan jenang khas dataran tinggi Dieng memiliki cukup rumit dan memakan waktu dan banyak tenaga.
Baca juga : Lewat Tol Semarang Demak Gratis Sampai 2 Januari
Biasanya jenang hanya akan dibuat ketika salah satu masyarakat memiliki hajat baik pernikahan maupun sunatan yang dirayakan secara meriah hingga berhari-hari.
Repot dan rumitnya proses pembuatan jenang tradisional khas Bawang ini menjadikan sebagian orang memilih cara praktis untuk pesan maupun beli di pasaran dan tentunya dengan rasa dan teknik pembuatan yahh berbeda.
Salah satu yang masih melestarikan proses pembuatan ini yakni di Dukuh Lempuyang, Desa Surjo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Salah satu tokoh masyarakat, Maruwah mengatakan, pembuatan jenang tradisional ini paling tidak memakan waktu pemasakan hingga 4 jam dan satu tungku membutuhkan 4 hingga 6 orang.
“Kalau sekali masak dua wajan atau tungku paling tidak butuh sepuluh orang, itu pun pasti kecapean tapi kita gotong royong,” ujarnya kepada Jatengnews.id.
Jelasnya, proses memasak 4 jam merupakan tahap akhir belum dihitung dengan proses pemasakan awal dari bahan – bahan yang digunakan.
“Itu ada kelapa harus diparut dan disangrai hingga menjadi minyak, terus tepung beras juga harus dikukus dulu tidak langsung dituangkan,” terangnya.
Marwah menuturkan, dalam satu wajan pembuatan bahan baku tepung beras 3 kilogram, 1 kilogram gula merah, 1 kilogram gula pasir, dan 1 kilogram minyak goreng.
“Minyak dari kelapa itu biasanya yang bikin dapur (perempuan) jadi takarannya tidak tahu pasti berapa buah kelapa,” katanya.
Ia menambahkan, dalam hajatan di Dukuh Lempuyang baik pernikahan maupun sunatan biasanya perayaan digelar Warga Berita 3 hingga 7 hari. Sedangkan pembuatan jenang akan dimulai pada H-1 acara.
Meski dalam prosesnya membutuhkan banyak orang, lanjut dia, namun itu semua dilakukan secara sukarela oleh sanak saudara atau tetangga terdekat yang biasa disebut dengan “rewang”.
Maruwah menambahkan, dalam proses memasak tersebut tidak sekedar mengejar jenang-nya saja namun sebagai sarana berkumpul sanak saudara terutama yang laki-laki baik sudah menikah maupun belum.
“Ini kan guyub rukun, harus kerja sama juga dan kompak. Satu wajan yang mengaduk dua orang kalau tidak kompak jenang tidak akan jadi. Memang melelahkan prosesnya tapi kita sangga bersama-sama,” ketusnya.
“Ini tidak tahu sejak kapan yang jelas sejak saya kecil sudah ada seperti ini, kita meneruskan orang-orang terdahulu,” tukasnya menambahkan. (Zaidi-03)